Para ulama selalu menasehatkan kepada kita, “Amalkanlah Ilmu!” Ilmu bukan hanya sekedar tambah wacana, untuk berbangga diri, atau supaya disebut pintar debat. Siapa yang tidak mengamalkan ilmu, maka sia-sialah ilmunya bagai pohon yang tidak berbuah.
Malik bin Dinar berkata,
من طلب العلم للعمل وفقه الله ومن طلب العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا
“Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)” (Hilyatul Auliya’, 2: 378).
Dalam perkataan lainnya, Malik bin Dinar berkata,
إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخرا
“Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya semakin sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).
Wahb bin Munabbih berkata,
مثل من تعلم علما لا يعمل به كمثل طبيب معه دواء لا يتداوى به
“Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan adalah seperti seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat dengannya.” (Hilyatul Auliya’, 4: 71).
Ibrahim Al Harbi berkata,
حملني أبي الى بشر بن الحارث فقال يا أبا نصر ابني هذا مشتهر بكتابة الحديث والعلم فقال لي يا بني هذا العلم ينبغي أن يعمل به فان لم يعمل به كله فمن كل مائتين خمسة مثل زكاة الدراهم
“Ayahku pernah membawaku pada Basyr bin Al Harits, lanta ia berkata, “Wahai Abu Nashr (maksudnya: Basyr bin Al Harits), anakku sudah masyhur dengan penulisan hadits dan ia terkenal sebagai orang yang berilmu.” Lantas Basyr menasehatiku, “Wahai anakku, namanya ilmu itu mesti diamalkan. Jika engkau tidak bisa mengamalkan seluruhnya, amalakanlah 5 dari setiap 200 (ilmu) seperti halnya hitungan dalam zakat dirham -perak- (yaitu 1/40 atau 2,5%).” (Hilyatul Auliya’, 8: 347)
Syaqiq Al Balkhi berkata,
الدخول في العمل بالعلم والثبات فيه بالصبر والتسليم إليه بالإخلاص فمن لم يدخل فيه بعلم فهو جاهل
“Masuk dalam amalan hendaklah diawali dengan ilmu. Lalu terus mengamalkan ilmu tersebut dengan bersabar. Kemudian pasrah dalam berilmu dengan ikhlas. Siapa yang tidak memasuki amal dengan ilmu, maka ia jahil (bodoh).” (Hilyatul Auliya’, 8: 69).
Sufyan bin ‘Uyainah berkata,
ما شيء أضر عليكم من ملوك السوء وعلم لا يعمل به
“Tidak ada sesuatu yang lebih memudhorotkan kalian selain dari raja yang jelek dan ilmu yang tidak diamalkan.” (Hilyatul Auliya’, 7: 287).
‘Abdul Wahid bin Zaid berkata,
من عمل بما علم فتح الله له ما لا يعلم
“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’, 6: 163).
Ma’ruf Al Karkhi berkata,
إذا أراد الله بعبد خيرا فتح الله عليه باب العمل وأغلق عنه باب الجدل وإذا أراد بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Dia akan membuka baginya pintu amal dan akan menutup darinya pintu jidal (suka berdebat atau bantah-bantahan). Jika Allah menginginkan kejelekan pada seorang hamba, Dia akan menutup baginya pintu amal dan akan membuka baginya pintu jidal (suka berdebat)” (Hilyatul Auliya’, 8: 361).
Semoga Allah memberi kita taufik dalam ilmu dan amal.
—
Akhukum fillah,
Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com)
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 16 Dzulhijjah 1434 H
—
Dapatkan segera buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, stock terakir: Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris seharga Rp.12.000,-